Zaman sekarang, lebih dikenal dengan zaman atau era globalisasi. Dimana semua komponen masyarakat terutama kawula muda mengarahkan kiblat kehidupannya kebanyakan kearah barat. Telah diketahui bahwa globalisasi yaitu terjadinya akselerasi pada dua dimensi kehidupan, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit demikian juga dengan waktu yang semakin dipersingkat. Hal ini terjadi pada segala bidang, baik itu bidang politik, ekonomi, ideologi, pendidikan, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta lainnya. Hal ini terus menerus melaju tanpa tahu kapan berhentinya. Sehingga mau tidak mau, kita harus terjun dan ikut dalam suasana globalisasi tersebut.
Menilik kebelakang, pada saat lahirnya kebangkitan nasional, yaitu pada tanggal 20 Mei 1908 masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia belum memasuki era globalisasi. Pada saat itu, bangsa kita dijajah oleh Belanda. Kita dihadapkan kepada keterbatasan-keterbatasan, baik itu keterbatasan pendidikan, politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, pertahanan dan lain-lain. Maka pada saat itu rakyat Indonesia sangat ingin membuka cakrawala, dan melepaskan segala belenggu keterbatasan itu. Dan timbullah rasa persatuan dan kesatuan yang mendalam guna menuju kemerdekaan. Maka lahirlah Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, itu merupakan awal didengungkannya semangat kebangkitan nasional.
Tetapi sekarang, pada era globalisasi semuanya tanpa keterbatasan. Hal ini membawa pengaruh positif maupun negatif terhadap negara ini.
A. Pengaruh positif
Pertama, dilihat dari globalisasi bidang politik.
Pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Jika dijalankan secara benar, maka dukungan dari rakyat akan semakin meningkat. Karena, kecurigaan terhadap pemerintah telah diminimalisir.
Kedua, dari aspek globalisasi ekonomi.
Terbukanya pasar internasional. Hal ini sangat berpengaruh kepada tenaga kerja, ekport-inport dan lain lain. Yang akan meningkatkan devisa negara.
Ketiga, dari segi sosial budaya.
Kita dapat meniru semangat dan kedisiplinan negara lain. Maka hal tersebut dapat menciptakan rasa nasionalisme terhadap bangsa yang semakin kuat dan berakar dalam diri masing-masing.
B. Pengaruh Negatif
Pertama, globalisasi mengajarkan masyarakat Indonesia berpikir secara liberal. Dimana liberalisme adalah paham tanpa batas. Ini kita takutkan akan dapat mengubah ideologi pancasila ke ideologi liberalisme yang lebih mengarah kepada kebebasan.
Kedua, globalisasi ekonomi. Hilangnya rasa cinta pada tanah air, seperti contoh lebih memilih produk luar negeri (Coca cola, Pepsi, Mc Donald dan lain-lain), hal ini dapat mengakibatkan kurangnya rasa nasionalisme dalam diri rakyat Indonesia. Telah diketahui jika rasa nasionalisme telah berkurang, maka itu akan berpengaruh kepada tujuan kebangkitan nasional yang sesungguhnya.
Sekarang kita berbicara mengenai kaum muda. Diketahui bahwa “Founder” dari partai Boedi Oetomo yaitu pemuda-pemuda bangsa Indonesia yang ingin merubah keadaan bangsanya menjadi lebih baik. Tetapi, pemuda pada era globalisasi saat ini yang dapat dilihat dari sikapnya, banyak pemuda yang tidak mengenal sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap keadaan negaranya.
Langkah-langkah antisipasi pengaruh negatif era globalisasi terhadap kemajuan dan kebangkitan nasional :
· Pertama, menumbuhkan semangat nasionalisme yang teguh, misalnya semangat mencintai produk dalam negeri.
· Kedua, menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.
· Ketiga, menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
Dengan langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat merubah nilai nasionalisme dalam tujuan kebangkitan nasional untuk terus memajukan bangsa kearah yang lebih baik.
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa peran dari kebangkitan nasional terhadap pemuda-pemuda untuk menghadapi akibat dari era globalisasi pada saat ini.
Pertama, terus memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
Telah diketahui bahwa dengan terus memperingati Hari Kebangkitan Nasional maka rasa cinta kepada tanah air akan terus terpatri dalam sanubari kita. Hal ini sangat diperlukan, karena di era globalisasi ada beberapa contoh bahwa kaum muda telah banyak yang melupakan tujuan kebangkitan nasional itu sendiri, bahkan ada yang lupa akan identitas bangsanya.
Kedua, dengan melestarikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah bangsa. Hal ini akan menjadi memori setiap pemuda bahwa dalam mencapai kebangkitan nasional, pemuda-pemuda terdahulu harus bersusah payah dalam mencapai tujuan kebangkitan nasional tersebut. Maka dengan hal itu, diharapkan kaum muda akan berpikir dan menghargai segala daya upaya kaum muda terdahulu, dan akan terus merasa terpanggil untuk melanjutkan tugas membangkitkan rasa nasionalisme tersebut.
Dengan hal itu apakah kita akan tetap melanjutkan tugas kebangkitan nasional atau tidak? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
-Eko Alperio Almi-
Kelas XI IA 1
SMA Babussalam Pekanbaru
http://eko.alperio@gmail.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar